Halaman

Minggu, 10 Mei 2015

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM METABOLISME SEKUNDER



LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
METABOLISME SEKUNDER
........................................................
 




Oleh:
Muharrom
Zairina
Moh.Sugianto
Hariyanto
Edi Prayitno
Moh.Hamdi B
                          
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2014
I.    PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.
Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak pengamatan dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan.


II. TINJAUAN PUSTAKA
Teori adalah seperangkat konsep, depenisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramal fenomena-fenomena. Membangun teori dengan mengadakan penelitian perlu pola atau paradigma. Paradigma adalah pola dasar atau rencana dalam bentuk lisan/tulis atau diagram yang berfungsi untuk memberikan gambaran yang mendasar dari fenomena yang dipelajari dan terutama berfungsi untuk memberikan panduan lebih spesifik untuk melaku kan penelitian  (Mely G. Tan, 1983).
Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti itu.  Proposisi proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab–akibat. Namun, karena di dalam teori juga terkandung konsep teoritis, berfungsi menggambarkan realitas dunia sebagaimana yang dapat diobservasi. Teori dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala yang diteliti secara lebih utuh. Karena tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami gejala atau persoalan tidak dalam konteks mencari penyebab atau akibat dari sebuah persoalan lewat variabel yang ada melainkan untuk memahami gejala secara komprehensif, maka berbagai informasi mengenai persoalan yang diteliti wajib diperoleh (Yamin Martinis, 2009).
Teori atau model merupakan suatu rangkaian terpadu dari preposisi-preposisi. Teori dibangun dengan merangkai preposisi-preposisi pada aras abstraksi yang lebih tinggi dari model. Preposisi adalah kesimpulan teoritik konsepsional tentang konstelasi hubungan antar variabel sebagai jawaban teoritik. Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris disebut hipotesis (Eko,2012).

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat
Tempat pelaksanaan praktikum “ Metodologi Penelitian Agronomi “ yaitu di Laboratorium Komputer Fakultas Pertanian.
3.2  Waktu
Praktikum “ Metodologi Penelitian Agronomi “ ini dilaksanakan pada jam 08.50-10.30 WIB.
3.3  Bahan
Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan bahan yaitu:
a.     Kertas A4
b.    Jurnal sebanyak 3 buah yaitu:
1.      Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Kangkung Darat (Ipomoea sp) dan Caisim (Brassica juncea) pada Tanah Pasir Kawasan Pantai Samas, Bantul – Yogyakarta1
2.      Pengaruh Pemberian Beberapa Macam Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Kangkung Darat (Ipomoea reptans) Di Lahan Pasir Pantai
3.      Respon Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans) Terhadap Variasi Waktu Pemberian Pupuk Kotoran Ayam
3.4  Cara Kerja
1.      Setelah topic penelitian memilih atau menentukan, maka peneliti sebaiknya memulai mencari literature yang berkaitan dengan topic tersebut.
2.      Literature dapat diperoleh dari perpustakaan, buku-buku kuliah, internet, dan atau sumber literature yang lain (jurnal, skripsi, dll).
3.      Mengelompokkan teori-teori yang di perlukan kedalam premis mayor.
4.      Menyusun dengan berdasarkan formula 5W+H.
5.      Dari keterkaitan antara premis mayor maka menyusun hingga menjadi bentuk paragraph (pyramid terbalik).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Latar Belakang Masalah
Kangkung termasuk sayuran yang populer dan digemari masyarakat Indonesia. Tanaman kangkung berasal dari India sekitar 500 SM, yang kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia dan Afrika. Nama latin kangkung adalah Ipomoea reptans. Di Cina, sayuran ini dikenal dengan nama Weng Cai, sedangkan di Eropa kangkung disebut Swamp Cabbage. Di Indonesia kangkung memiliki beberapa nama daerah, yaitu Kangkueng (Sumatera), Kangko (Sulawesi) dan Utangko (Maluku).
Kangkung bergizi tinggi dan lengkap dengan kandungan yang ada pada kangkung seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, posfor, zat besi, natrium, kalium, vitamin A, vitamin B, vitamin C, karoten, hentriakontan, dan sitosterol. Senyawa kimia yang dikandung adalah saponin, flavonoid, dan poliferol. Produksi tanaman kangkung di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami variasi. Pada tahun 1985 terdapat luas areal pertanaman kangkung nasional 41.953 hektar. Namun tahun-tahun berikutnya cenderung menurun, yaitu hanya 32.448 ha (1988) dan 20.578 ha (1990). Hasil rata-rata kangkung nasional masih rendah, yaitu baru mencapai 2,389 ton/hektar (1985), 4,616 ton/hektar (1988), dan 7,660 ton/ha (1990).
Kangkung merupakan tanaman yang bermanfaat. Kangkung mempunyai senyawa yang dapat digunakan untuk pengobatan bagi penderita susah tidur. Serat pada kangkung sangat baik untuk mencegah konstipasi sehingga dapat menghalangi terjadinya kanker perut. Karetenoid dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A serta klorofil tinggi. Kedua senyawa ini berperan sebagai antioksidan yang berguna untuk mencegah penuaan dan menghalangi mutasi genetik penyebab kanker.
2. Tinjauan Pustaka
      2.1.Tanaman Kangkung Darat
         2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kangkung Darat
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung .
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative.
          2.1.2 Botani Tanaman Kangkung Darat
Kingdom     : Plantae
Divisio        : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas           : Dicotyledoneae
Ordo            : Convolvulales
Famili          : Convolvulacae
Genus          : Ipomoea
Spesies        : Ipomoea reptans Poir.
      2.2.Teknik Budidaya Tanaman Kangkung Darat
1. Pembibitan
Bibit tanaman kangkung darat (Ipomoea reptana) berasal dari kangkung muda dengan karakteristik batang besar, daun besar dan bagus ditanam dengan cara stek batang. Bibit harus sesuai dengan lahan (air atau darat), kangkung darat tidak cocok ditanam di air. Dalam pemilihan bibit harus disesuaikan dengan lahan (air atau darat). Karena kalau kangkung darat ditanam di lahan untuk kangkung air produksinya kurang baik, warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat membusuk.
Bibit kangkung sebaiknya berasal dari kangkung muda, berukuran 20 -30 cm. Pemilihan bibit harus memperhatikan hal-hal seperti berikut, batang besar, tua, daun besar dan bagus. Penanamannya dengan cara stek batang, kemudian ditancapkan di tanah. Sedangkan biji untuk bibit harus diambil dari tanaman tua dan dipilih yang kering serta berkualitas baik.
2. Persiapan Lahan
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen.
Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Dua minggu sebelum  penanaman, tanah diolah dan dicampur pupuk kandang atau pupuk kompos 10 ton/ha dan diberi urea 1 kuintal/ha. Dibuat bedengan dengan lebar 0,8-1,2 m, panjang 3-5 m, dalam 15-20 cm dan jarak antar bedeng 50 cm (ukuran tergantung keadaan lahan yang tersedia).
3.  Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan untuk tanaman kangkung dapat dilakukan dengan ukuran lebar 0,8-1,2 m, panjang 3-5 m, dalam ± 15-20 cm dan jarak antar bedeng 50 cm dengan membuat selokan. Ukuran tersebut dapat disesuaikan, tergantung keadaan lahan yang tersedia. Bedengan dibuat untuk kelancaran pemasukan dan pembuangan air yang berlebih serta untuk memudahkan pemeliharaan dan kegiatan lain. Ada pula yang membuat bedengan dengan ukuran panjang kali lebar: 2x1 m dengan kedalaman drainase 30x30 cm.
4.  Pemeliharaan
- Penyulaman
Penyulaman dilakukan jika ada tanaman kangkung yang terkena serangan penyakit dengan mengganti bibit yang umurnya sama. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam. Apabila tanaman banyak yang mati, maka segera dilakukan penyulaman (diganti dengan bibit yang baru yang telah disiapkan).
- Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali atau disesuaikan dengan adanya gulma. Penyiangan dilakukan bila terdapat rumput liar (tanaman pengganggu). Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu. Pembumbunan dilakukan untuk mendekatkan unsur hara bagi tanaman kangkung sehingga dapat mempermudah akar tanaman untuk mentransfernya. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu.
- Pemupukan
Pemupukan bagi tanaman kangkung terdiri dari pupuk dasar yaitu pupuk kandang, yang diberikan seminggu sebelum tanam (setelah selesai pembuatan bedengan). Selain itu juga diberikan pupuk urea, seminggu setelah tanam, kemudian 2 minggu setelah tanam. Pemberian pupuk urea dicampur dengan air kemudian disiram pada pangkal tanaman dengan ember penyiram.

Pada waktu melakukan pemupukan, lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4 sampai 5 hari. Kemudian diairi kembali. Pupuk yang diperlukan adalah sebagai berikut: 10-20 ton/ha rabuk organik dan 100-250 kg/ha urea, diberikan selama 2 minggu pertama, dengan cara disiramkan.
- Penyiraman
Tanaman kangkung darat diperlukan penyiraman yang teratur yaitu dua kali sehari pada pagi dan sore hari, terutama pada musim kemarau. Selama tidak ada hujan, perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman gunanya untuk mencegah tanaman kangkung terhadap kekeringan. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi (jam 07.00) dan sore (jam 17.00). Penyiraman dilakukan dengan gembor penyiram. Tanaman kangkung membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya.
- Pengendalian Hama dan Penyakit
  • Penyakit jamur yang lazim menyerang tanaman kangkung adalah karat putih (Albugo Ipomoea panduratae) yang peka terhadap Dithane M-45 atau Benlate.
  • Hama ulat putih ditanggulangi dengan pemberian 2 cc/l air Baysudin.
  • Serangga pemakan daun dikendalikan dengan penyemprotan senyawa organofosfat jauh sebelum pemanenan
5.  Panen Dan Pasca panen
Panen
Panen dilakukan sore hari, dengan ciri batang besar dan berdaun lebar. Panen pertama dapat dilakukan pada hari ke-12 dengan panjang batang kira-kira 20-25 cm atau ketika berumur 27 hari. Cara memanen menggunakan alat pemotong, pangkas batangnya dengan menyisakan sekitar 2-5 cm di atas permukaan tanah atau meninggalkan 2-3 buku tua. Dapat pula dilakukan dengan cara mencabutnya sampai akar. Selama panen, lahan harus tetap lembab. Panen dilakukan 2-3 minggu sekali, setelah 5-11 kali panen produksi panen akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara komersial pertanaman kangkung menghasilkan sekitar 15 ton/ha sepanjang beberapa panenan berturut-turut atau sekitar 160 kg/tahun/10 m2.
Pasca Panen
Tanaman kangkung hasil panen dikumpulkan sebanyak 15-20 batang dalam 1 ikatan. Dalam penyimpanan (sebelum dipasarkan), agar tidak cepat layu, kangkung yang telah diikat dicelupkan dalam air tawar bersih dan tiriskan dengan menggunakan anjang-anjang. Tanaman berumur satu atau dua tahun perlu dibongkar atau diganti  dengan tanaman baru. 
       2.3.Pemupukan Melalui Daun
Cara ini dikenal dengan nama foliar application. Pupuk terlarut disemprotkan pada permukaan tanaman terutama daun. Cara ini dilakukan untuk melengkapi pemberian pupuk melalui tanah untuk mengatasi dengan segera gejala kekahatan yang muncul, terutama hara mikro dan hara yang immobil dalam tubuh tanaman. Hara masuk ke dalam tubuh tanaman melalui mulut stomata secara difusi atau osmosis. Pupuk yang dilarutkan ke dalam air dengan konsentrasi sangat rendah kemudian disemprotkan langsung kepada daun dengan alat penyemprot biasa (Hand Sprayer). Pada hamparan yang luas dapat digunakan pesawat terbang.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah:
  1. larutan harus encer (< 0,5 %);
  2. tegangan muka larutan harus rendah sehingga kontak dengan permukaan daun lebih besar, biasanya ditambahkan zat perekat;
  3. kadar biuret pada urea harus < 2%;
  4. kondisi lingkungan cuaca harus memungkinkan.
Sebelum memberikan pupuk ke daun ada beberapa hal yang dianggap mutlak diketahui dulu, yaitu:
  1. Konsentrasi larutan pupuk yang dibuat harus sangat rendah atau mengikuti petunjuk dalam kemasan pupuk. Jangan berlebihan, lebih baik kurang daripada berlebihan. Kalau konsentrasinya lebih rendah dari anjuran maka untuk mengimbanginya frekuensi pemupukan bisa dipercepat, misalnya dianjurkan 10 hari bisa dipercepat jadi seminggu sekali
  2. Pupuk daun disemprotkan ke bagian daun yang menghadap ke bawah. Hal ini disebabkan karena pada kebanyakan daun tanaman, mulut daun (stomata) umumnya menghadap ke bawah atau bagain punggung daun
  3. Pupuk hendaknya disemprotkan ketika matahari tidak sedang terik-teriknya. Paling ideal dilakukan sore atau pagi hari persis ketika matahari belum begitu menyengat. Kalau dipaksakan juga menyemprot ketika panas, pupuk daun itu banyak menguap daripada diserap oleh daun
  4. Penyemprotan pupuk daun jangan dilaksanakan menjelang musim hujan. Resikonya pupuk daun akan habis tercuci oleh air hujan dan lagipula pada saat seperti itu stomata sedang menutup
  5. Biasakanlah untuk membaca keterangan yang ada pada kemasan pupuk, karena disinilah kuncinya.
Pemberian pupuk daun bisa dilakukan bersamaan dengan pemberian pestisida kalau dianggap perlu, atau bersamaan dengan zat perangsang seperti Dekamon atau Atonik berikut zat pebasah. Tetapi jangan sekali-kali memberikan pupuk daun bersamaan dengan pestisida yang mengandung zat perekat. sebab pupuk tersebut akan ikut lengket di permukaan daun tanpa bisa diserap. Akibat lebih lanjut ialah pupuk akan menyerap air daun dan daunpun akan rusak seperti terbakar.
      2.4.Pemupukan Melalui Akar
1. Penyebaran (broadcasting)
Dengan cara ini pupuk ditebarkan pada permukaan tanah, misalnya pada lahan sawah. Pemupukan dilakukan sebelum tanam (waktu pembajakan/ penggaruan/ pengolahan tanah) sebagai pupuk dasar, atau sesudah tanam sebagai pupuk susulan, kemudian diinjak-injak agar pupuk terbenam ke dalam tanah.
Metoda broadcasting cocok dilakukan untuk lahan sawah atau tanaman dengan jarak tanam yang rapat, perakaran merata pada tanah bagian atas (top soil) dan pupuk diberikan dalam jumlah yang besar. cara ini mudah dilakukan, hemat  beaya dan tenaga, pemberian pupuk agak berlebih tidak berdampak buruk bagi tanaman.
Namun kerugian yang harus ditanggung adalah kontak pupuk dengan tanah besar, sehingga penyematan hara khususnya P oleh tanah akan lebih besar, pada tanah alkalis dan kering sebagian N akan hilang menguap dalam bentuk ammonia (NH3), juga pertumbuhan gulma akan ikut terpacu.
2. Penempatan (placement)
Dengan cara ini pupuk ditempatkan secara khusus ke dalam lubang atau alur yang sudah dipersiapkan lebih dahulu. Pupuk dapat diberikan pada saat penyiapan atau saat penanaman, terutama untuk tanaman semusim.
Pupuk diberikan dengan cara plow sole placement (bersamaan dengan pengolahan tanah, pupuk dijatuhkan melalui lubang di belakang mata bajak), row placement (pupuk dibenamkan ke dalam tanah menurut alur bekas bajakan kemudian akan tertutup oleh pembalikan tanah pada alur berikutnya) atau combine drilling (pupuk dibenamkan bersama benih ke dalam alur yang sudah dibuat sebelumnya, posisi pupuk dapat di bawah benih disamping, atau keduanya).
Metode placement cocok digunakan untuk tanah yang kurang subur, lahan kering, jarak tanam renggang, perakaran sedikit, tanaman tahunan, jumlah pupuk sedikit, pupuk tablet, dan terutama pupuk P dan K. Keuntungan yang diperoleh dengan metode ini adalah kontak pupuk dengan tanah dapat dikurangi, sehingga penyematan hara dapat ditekan, pengambilan hara oleh tanaman lebih mudah, terutama bagi tanaman yang perakarannya terbatas.
3. Fertigation (fertilizing-irrigation)
Dengan cara ini kita melakukan pengairan sekaligus memupuk tanaman. Pengairan dapat secara sederhana yakni air saluran yang dimasukkan ke lahan, atau irigasi modern menggunakan tangki bertekanan. Pupuk yang digunakan dapat berupa cairan atau pupuk padat yang dilarutkan dalam air. pupuk yang sering digunakan adalah ammonia, asam fosfat dan KCl. Cara ini biasanya diterapkan untuk usaha yang komersial terutama di wilayah padang pasir atau perbukitan.
4.2 Pembahasan
Praktikum yang kedua kali ini yaitu tentang pembuatan Latar Belakang Masalah dan Tinjauan Pustaka. Dalam pembuatan Latar belakang masalah diawali dengan membuat kerangka dari latar belakang masalah, yakni membuat segitiga permasalahan yang diawali dengan permasalahan secara umum hingga mengerucut menjadi permasalahan khusus dari judul yang telah dibuat. Misal dari judul yang telah saya buat tentang Respon Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir) Terhadap Efektivitas Pemupukan Melalui Akar dan Pemupukan Melalui Daun yang pertama saya lakukan yakni menjelaskan tentang tanaman kangkung darat itu sendiri, kemudian menjelaskan tentang berbagai macam pupuk yang akan dijadikan perlakuan. Penjelasan tentang latar belakang masalah mengambil isi dari ke tiga jurnal yang telah menjadi sumber acuan.
Tinjauan Pustaka berisi teori-teori yang bisa mendasari dalam olah pikir sehingga permasalahan yang diajukan dapat dicari jawabannya. Olah pikir yang dimaksud disini adalah cara berpikir peneliti dalam merencanakan langkah-langkah penelitian, melakukan penelitian, menganalisa hasil penelitian, membahas hasil penelitian sampai menyimpulkan hasil penelitian. Semua aktivifitas yang berhubungan dengan penelitian tersebut akan lebih kuat dan diakui secara ilmiah jika selalu berpedoman pada dasar teori yang sudah ada dari tinjauan pustaka. Dalam laporan penelitian , bab Tinjauan Pustaka biasanya terdiri atas beberapa sub-bab. Setiap sub-bab merupakan suatu topik bahasan tertentu. Bisa saja sub bab tersebut kemudian dipecah lagi menjadi sub sub-bab untuk memberikan pembahasan yang lebih rinci.
            Sedangkan untuk Tinjauan pustaka dari judul yang telah dibuat menjelaskan tentang tanaman Kangkung darat secara detail, yakni tentang klasifikasi dari tanaman Kangkung Darat, botani dari tanaman Kangkung Darat, teknik budidaya dari tanaman Kangkung Darat dan yang terakhir yakni tentang perlakuan yang di gunakan dalam penelitian.













V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Pada praktikum kali ini, dengan judul “Reposisi untuk membangun teori” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu.
2.      Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta.
5.2 Saran
a.       Praktikan harus Lebih teliti dalam menganalisa bahan acuan, baik itu dari jurnal, makalah seminar maupun karya ilmiah.
b.      Praktikan harus lebih antusias dalam mengikuti praktikum agar praktikum bisa berjalan lancan dan kondusif.








DAFTAR PUSTAKA
Murniyanto, Eko. 2012. Panduan Praktikum Metode Penelitian Agronomi.                                Bangkalan : UTM.

Martinis, Yamin. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Dan Social, Jakarta ,Gaung Persada Press

Mely G. Tan. 1983 Masalah Perencanaan Penelitian, dalam Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar