PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
KACANG HIJAU
(Vigna
radiate)
DI
. PT
PROPOSAL PRAKTEK KERJA
LAPANG
Oleh:
100311100038
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2014
I. PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Dari sekian
banyak tanaman kacang-kacangan di Indonesia, salah satu jenis yang sangat
populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna
radiate). Kacang hijau telah lama dikenal dan berkembang di Indonesia,
antara lain sebagai bahan pangan (tauge, kue, bubur, dan lain-lain). Namun
demikian sampai dengan saat ini kacang hijau masih banyak diusahakan sebagai
usaha tani sampingan atau tambahan diluar usaha tani utama, seperti padi (Soeprapto,1993).
Kacang hijau merupakan salah satu
prioritas pengembangan dan peningkataan produksi disamping komoditas pangan
lainnya. Prospek pengembangan kacang hijau cukup bagus, mengingat permintaan
yang hampir selalu meningkat setiap tahun kecuali pada tiga tahun tertentu
(1991, 1994, 1997) yang pertumbuhannya negatif. Untuk memenuhi kebutuhan kacang
hijau dalam negeri, setiap tahun pemerintah Indonesia harus mengimpor kacang
hijau sejumlah 309 - 73.191 ton per-tahun. Sementara produksi kacang hijau yang
dihasilkan secara nasional baru mencapai sekitar 237.447 357.991 ton per-tahun (Anwari,2004).
Beberapa upaya diprogramkan oleh
pemerintah untuk meningkatkan produksi kacang hijau secara nasional, antara
lain melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Namun
demikian banyak hal teknis yang dihadapi dalam upaya meningkatkan produktivitas
kacang hijau. Salah satu resiko yang dihadapi dalam peningkatkan produktivitas
kacang hijau adalah gangguan organism pengganggu tumbuhan (OPT). Beberapa jenis
OPT yang telah dikenal menyerang kacang hijau antara lain thrips, perusak daun,
perusak polong, dan berbagai pathogen penyakit (Sudarto,2002).
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara pengendalian
hama dan penyakit tanaman kacang hijau di PT ?
1.3. TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANG
1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang cara pengendalian
hama dan penyakit tanaman kacang hijau di PT
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Tanaman Kacang hijau
2.1.1 Taksonomi Kacang Hijau
Kacang hijau merupakan salah satu
tanaman semusim yang berumur pendek (kurang lebih 60 hari). Tanaman ini disebut
juga mungbean, green gram atau golden gram. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan,
tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plant Kingdom
Divisio
: Sprmatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dycotyledonae
Ordo : Polypetalae
Famili : Papilionidae
Subfamili
: Leguminosae
Genus : Vigna
Spesies
: Vigna radiate (Tjirosoepomo,2004)
Gambar 1. Tanaman kacang hijau yang baru berkecambah
2.1.2 Morfologi Kacang Hijau
Trustinah (1991) mengidentifikasi
bahwa morfologi kacang hijau adalah sebagai berikut: tanaman kacang hijau
merupakan tanaman semusim dengan tinggi tanaman berkisar antara 30-130 cm dan
tipe pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu tipe determinit dan semi determinit.
1) Tipe determinit, adalah tipe
tanaman yang ujung batangnya tidak melilit, pembungaannya singkat, serempak,
dan pertumbuhan vegetatifnya berhenti setelah tanaman berbunga. Contohnya
adalah varietas Merak dan Walet.
2) Tipe indeterminit (semi determinit),
adalah tipe tanaman yang ujung batangnya melilit, pembungaan berangsur-angsur
dari pangkal kebagian pucuk dan pertumbuhan vegetatif terus berlanjut setelah
berbunga. Contohnya adalah varietas Arta Ijo dan Siwalik.
Tanaman kacang hijau memiliki batang
yang berbentuk bulat dan berbuku-buku. Pada tiap buku menghasilkan satu tangkai
daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan
masing-masing berupa daun tunggal dan bertangkai biasanya disebut dengan epikotil.
Pada batang utama terdapat beberapa ccabang yang muncul dari
buku bagian bawah. Batang dan cabang tersebut biasanya berwarna hijau muda,
hiajau tua, ungu muda atau ungu tua. Bunga terdapat pada batang utama atau pada
cabang. Jumlah buku subur pada setiap tanaman dapat mencapai 5-8 buku subur,
dan buku subur pertama biasanya terdapat pada buku ke-5 atau ke-6.
Tanaman kacang hijau memiliki daun yang letaknya berseling (alternate) dan dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu:
1) Daun pertama (“primary leaves”),
merupakan dua daun tunggal yang letaknya berhadap-adapan pada daun utama. Daun
pertama ini berbentuk oval (ovate)
atau agak lancip (lanceolate).
Panjang daun pertama dapat berukuran pendek (1,8 - 2,0 cm), sedang (2,4 - 2,6
cm) dan panjang (3,0 - 3,3 cm). lebar daun pertama dapat sempit (0,3 - 0,4 cm),
sedang (0,7 - 0,8 cm) dan lebar (1,1 - 1,2 cm).
2) Daun terminal adalah yang tumbuh
diatas daun pertama. Semua daun terminal memiliki 3 helaian daun (trifoliate) dan 5 helaian daun (pentafoliate) yang berbentuk oval, agak
lancip atau seperti hati. Warna daun kacang hijau bermacam-macam yaitu hijau
muda, hijau atau hijau tua.
Bunga merupakan bagian yang sangat penting karena didalamnya
terjadi prose penyerbukan dan pembuahan yang dapat menghasilkan biji. Tanaman
kacang hijau merupakan tanaman yang mengalami penyerbukan sendiri (“self
pollination”).
Tanaman kacang hijau mulai menghasilkan bunga pada minggu
ke-6 atau minggu ke-8 setelah tanam. Bunga tersususn dalam bentuk tandan (raceme) pada bagian atas dari tangkai
bunga, daun masing-masing tandan mempunyai 1-20 bunga. Bunga bersifat
“cleistogamy” yaitu bunga akan mekar setelah terjadi penyerbukan.
Penyerbukan pada kacang hijau terjadi malam hari, dimana
kepala sari (anther) mmulai pecah sekitar pukul 21.00 dan terbuka sempurna pada
pukul 24.00. Bunga kacang hijau akan mekar pagi eesokan harinya dan layu pada
siang harinya.
Buah (polong) kacang hijau berbentuk bulat silindris atau
pipih dengan ujung runcing atau tumpul. Polong muda berrwarna hijau kelam atau
hijau tua, dan setelah tua polong berwarna hitam atau coklat jerami dengan
panjang antara 6-15 cm. polong-polong tersebut memiliki rambut pendek dan
berisi 10-15 biji.
Biji kacang hijau berbentuk bulat dan pada umumnya lebih
kecil dibandingkan dengan biji kacang-kacang lainnya. Biji kacang hijau
berwarna hijau,coklat,kuning atau hitam dan hiliumnya ada yang cekung atau
tidak cekung (Anwari,2004).
2.2 Syarat Tumbuh Kacang Hijau
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau
antara lain varietas, suhu, curah hujan, lama penyinaran, tinggi tempat,
keadaan tanah dan cara budidayanya. Kacang hijau tumbuh baik didaerah iklim
tropis pada suhu sekitar 28 -30 0C. Curah hujan optimal untuk
pertumbuhan kacang hijau sekitar antara 700 - 900 mm/tahun. Walaupun demikian
kacang hijjau masih dapat tumbuh dengan memanfaatkan kelembaban tanah dan air
tanah sebelumnya, sehingga kacang hijau dikenal dengan tanaman yang toleran
terhadap kekeringan. Kacang hijau dapat tuumbuh pada daerah dataran rendah
sampai pada ketinggian 800 m dpl.
Kacang hijau dapat hidup pada berbagai jenis tanah,terutama
pada tanah yang gumbur,memiliki drainnase baik,mempunyai kapasitas menahan air
yang tinggi dan memiliki pH 5,5 -6,5. Walaupun demikian kacang hijau masih
dapat pula tumbuh pada tanah yang agak masam berstuktur lempung, tanah alkalis
maupun salin.
2.3 Hama
Dan Cara Pengendaliannya
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan
dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua
organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut
hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit
dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria.
A.
Hama-hama yang
menyerang tanaman kacang hijau:
1.
Lalat kacang (Agromyza phaseoli Coq.)
Gejala Serangan
Gejala awal berupa bercak – bercak
pada keping biji atau daun pertama. Bercak ini merupakan tempat peletaka telur.
Selanjutnya terlihat liang gerek pada keping biji atau daun pertama. Ketika
polong yang diserang gugur, larva sudah berada di dalam batang. Pada saat larva
telah berada di pangkal akar daun mulai layu dan kekuning – kuningan. Tanaman
akan mati berumur 3 – 4 minggu. Jika tanaman tersebut dicabut akan didapati
larva, pupa, atau kulit pupa di antara akar dan kulit akar. Tanaman yang
terserang dan masih tetap hidup menampakkan akar – akar adventif di bagian
terbawah dari batang.
Penyebab
Lalat kacang (Agromyza phaseoli
Caq.) sebagai penyebab. Tubuhnya kecil dan berwarna hitam mengilap.
Perkawinannya (kopulasi) biasa terjadi antara pukul 09.00 – 10.00 pagi. Waktu
matahari bersinar terik, lalat ini bersembunyi di dalam rumput di dekat tanaman
kacang hijau. Lalat kacang bertelur pada pagi hari. Telurnya diletakkan pada
keping biji atau pada daun pertama. Setelah telur menetas, belatungnya
menggerek dan memakan keping biji atau daun sehingga terbentuk liang. Belatung
ini akan terus menggerek ke tangkai daun dan masuk ke dalam batang sampai
pangkal akar, Kepompong atau pupanya berwarna cokelat kuning. Pada setiap
batang tanaman yang diserang rata – rata terdapat 4 – 5 pupa.
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan
menggunakan musuh alami Agromyzae Dodd, Eurytoma poloni, Eurytoma sp., dan
Cynipid. Selain itu, dapat pula dilakukan penyemprotan insektisida pada
pagi hari, pada saat umur tanaman 4 – 10 HST.
2.
Penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.)
Gejala Serangan
Gejala serangannya terlihat pada
kulit polong berupa bercak hitam dan bila dibuka terdapat larva yang gemuk
dengan kotoran-kotorannya berwarna hijau basah. Serangan pada polong kedua
ditandai dengan satu lubang gerek yang bentuknya bundar.
Penyebab
Hama penyebabnya adalah penggerek
polong (Etiella zinckenella Tr.). Penggerek polong kacang hijau sama
dengan penggerek polong pada kedelai. Larva yang baru menetas menggerek masuk
ke dalam polong menuju ke bagian bawah. Larva ini memakan biji di dalam polong
sampai habis kemudian berpindah ke polong lain. Bentuk larvanya gemuk dan
licin, larva yang masih kecil berwarna merah kebiru-biruan.
Pengendalian
Hama ini dapat dikendalikan dengan
cara mengatur waktu tanam yang tepat, pergiliran tanaman, dan upaya penanaman
secara serentak. Dapat juga dilakukan penyemprotan insektisida dekametrin,
sihalotrin, dan monokrotofos.
3.
Ulat jengkal (Plusia chalcites Esp.)
Gejala Serangan
Ulat ini menyerang tanaman yang
sudah agak tua dan memakan daunnya sehingga tinggal tulangnya saja.
Penyebab
Hama penyebabnya adalah ulat jengkal
kedelai (PIusia chalcites Esp.). Tubuhnya berwarna hijau. Bentuk
dewasanya berupa kupu – kupu. Telur kupu – kupu ini diletakkan berkelompok
sebanyak 50 butir. Stadium telurnya selama 3 hari. Larva tersebut akan menjadi
kepompong di antara daun yang dianyam menjadi satu. Stadium pupanya selama 6
hari.
Pengendalian
Pengendalian secara mekanis dengan
cara mengumpulkan telur dan larva, sedangkan secara kimiawi dengan insektisida
dekametrin, sihalotrin, diflubenzuron atau monokrotofos.
4.
Kepik padi hijau (Nezara viridula)
Gejala
Serangan
Polong
muda isinya terisap. Bila polong dibuka tampak bijinya pipih tanpa isi. Bagian
yang terserang tampak berbercak hitam.
Penyebab
Hama
penyerang adalah kepik padi hijau (Nezara viridula). Kepik ini
meletakkan telurnya yang berwarna kuning secara massal di permukaan bawah daun.
Kelompok telurnya 5-10 butir. Stadium telumya selama 6 hari. Setelah telur
menetas, larvanya berkumpui di polong dalam kelompok besar. Stadium larvanya
selama 30 hari. Masa pertumbuhan dari telur hingga dewasa selama 36 hari.
Pengendalian
Pengendalian
secara mekanis dengan mengumpulkan imago, telur, dan nimfa, sedangkan secara
kimiawi dengan insektisida metamidofos dan karbaril. Selain itu, dapat juga
dilakukan dengan penanaman serempak dengan kisaran waktu tidak lebih dari 26
hari.
5.
Thrips sp.
Gejala Serangan
Serangan hama ini menyebabkan daun
menggulung ke dalam (keriting) karena sel – sel di bagian atasnya mengerut.
Penyebab
Kutu Thrips menyerang tanaman dengan
mengisap cairan tanaman sehingga mengganggu proses fotosintesis dan
mengakibatkan menurunnya hasil. Penurunannya dapat mencapai 60, bahkan tidak
menghasilkan sama sekali (puso) bila serangannya berat. Pantas jika hewan ini
merupakan hama yang paling berbahaya bagi tanaman kacang hijau. Selama fase
vegetatif tanaman, serangan hama ini sangat rendah.
Pengendalian
Pengendalian dengan menggunakan
insektisida metamidofos, karbaril, atau monokrotofos.
6.
Kumbang Callosobruchus
Gejala Serangan
Kumbang ini meletakkan telurnya pada
permukaan polong atau biji kacang hijau. Larva yang baru menetas langsung
menggerek masuk ke dalam biji dan memakan kotiledon serta bagian biji lainnya.
Penyebab
Kumbang Calloso-bruchus maculatus
yang menyerang biji. Siklus hidup kumbang ini, pada biji kacang hijau varietas
MB 129, berlangsung antara 23-28 hari. Kemampuan bertelur kumbang betina antara
40-90 butir. Persentase telur yang dapat menetas hingga menjadi dewasa sebesar
19-98. Perbandingan antara jantan dewasa dan betinanya 1:1.
Pengendalian
Biji sebaiknya disimpan dalam
kantong plastik, karung plastik, atau kaleng yang tertutup rapat. Biji atau
benih yang akan disimpan hams berkadar air rendah dalam kemasan kedap udara.
Kadar air biji 90 dalam kemasan dapat mempertahankan biji selama 6 bulan. Cara
lain yaitu dengan melakukan fumigasi dengan aluminium fosfit atau metil bromida
atau dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif pirimiphos metil,
femitrothion, atau metacrifos pada permukaan kemasan.
7.
Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Gejala Serangan
Kerusakan terjadi karena ulat
menghabiskan seluruh daun sehingga biasanya hanya tersisi tulang daunnya saja
hal ini mengakibatkan penurunan jumla produksi.
Pengendalian
Dilakukan dengan cara pengolahan
tanah atau penggemburan tanah, pengendalian secara biologi dan penggunaan
insektisida.
8.
Belalang Kembara ( Locusta migratoria)
Belalang menyerang tanaman kedelai
dan kacang hijau, gejala serangan yang ditimbulkan adalah terdapat robekan pada
daun, dan pada serangan yang hebat dapat terlhat tinggal tulang-tulang daun
saja (Nurdin,1994).
III. METODOLOGI
3.1
WAKTU DAN LOKASI
Waktu
kegiatan praktek kerja lapang
dilaksanakan dari tanggal 17
Januari - 15
Februari 2012.
Lokasi kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan di PT.
3.2
METODE PELAKSANAAN
Praktek Kerja
lapang (PKL) dilaksanakan dengan menggunakan metode sebagai berikut.
1. Mengikuti
Praktek Kerja secara langsung, sesuai dengan kegiatan yang dijadwalkan oleh
pembimbing PT.
2. Mengumpulkan
data primer yang berhubungan dengan teknik pengelolaan
air secara umum melalui diskusi dan wawancara langsung
dengan petugas lapang dan pembimbing lapang untuk mengetahui secara jelas
teknik pengelolaan air pada tanaman kelapa sawit di PT.
3. Mengumpulkan
data sekunder untuk mendukung dan melengkapi laporan Praktek Kerja Lapang.
4. Wawancara
dengan Pembimbing
Lapang, karyawan terkait di sekitar
wilayah PT.
3.3 TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Metode penelitian yang digunakan dalam praktek kerja lapang ini adalah dengan mengumpulkan data dan informasi yang dilakukan
dengan metode langsung dan tidak langsung di kebun kelapa sawit di PT.
Metode langsung dilakukan melalui kerja, pengamatan
langsung di lapangan, diskusi wawancara dengan staf dan karyawan kebun. Metode
tidak langsung dilakukan melalui studi pustaka dan pengumpulan data sekunder.
Data
primer diambil dengan bekerja langsung di lapangan mulai dari pekerja harian
lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten afdeling/divisi. Data
yang berkaitan dengan aspek pengelolaan air berupa survei pengembangan sumber
daya air. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan menelaah pustaka dan arsip kebun
yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan
3.4. PELAKSANAAN
Pelaksanaanya adalah dengan mengikuti praktek kerja secara langsung, sesuai
dengan kegiatan-kegiatan yang dijadwalkan oleh kebun kelapa sawit PT. Pengumpulan data primer dan sekunder sesuai dengan
metode pengumpulan data atau informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwari, M.
dan R. Iswanto. 2004. Kutilang Varietas Kacang Hijau Tahan penyakit Embun Tepung. Berita Puslitbangtan No. 29, April 2004
Nurdin, F. 1994. Kacang Hijau di Sumatera Barat: Budidaya, Hama, dan
pengendaliannya di tingkat petani.
Risalah Seminar Balittan Sukarami. Vol. III. Balittan Sukarami
S, H. Soeprapto.1993. Bertanam
Kacang Hijau. Penebar Swadaya : Jakarta.
Sudarto, dkk. 2002. Daya Hasi
Beberapa Varietas Kacang Hijau Pada Lahan Keering di Lombok Timur, NTB. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Lombok.
Tjirosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.