Halaman

Selasa, 30 Desember 2014

proposal praktek kerja lapang

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT  TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiate) DI . PT
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG



Oleh:
100311100038


JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2014


I.     PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dari sekian banyak tanaman kacang-kacangan di Indonesia, salah satu jenis yang sangat populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna radiate). Kacang hijau telah lama dikenal dan berkembang di Indonesia, antara lain sebagai bahan pangan (tauge, kue, bubur, dan lain-lain). Namun demikian sampai dengan saat ini kacang hijau masih banyak diusahakan sebagai usaha tani sampingan atau tambahan diluar usaha tani utama, seperti padi (Soeprapto,1993).
Kacang hijau merupakan salah satu prioritas pengembangan dan peningkataan produksi disamping komoditas pangan lainnya. Prospek pengembangan kacang hijau cukup bagus, mengingat permintaan yang hampir selalu meningkat setiap tahun kecuali pada tiga tahun tertentu (1991, 1994, 1997) yang pertumbuhannya negatif. Untuk memenuhi kebutuhan kacang hijau dalam negeri, setiap tahun pemerintah Indonesia harus mengimpor kacang hijau sejumlah 309 - 73.191 ton per-tahun. Sementara produksi kacang hijau yang dihasilkan secara nasional baru mencapai sekitar 237.447  357.991 ton per-tahun (Anwari,2004).
Beberapa upaya diprogramkan oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi kacang hijau secara nasional, antara lain melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Namun demikian banyak hal teknis yang dihadapi dalam upaya meningkatkan produktivitas kacang hijau. Salah satu resiko yang dihadapi dalam peningkatkan produktivitas kacang hijau adalah gangguan organism pengganggu tumbuhan (OPT). Beberapa jenis OPT yang telah dikenal menyerang kacang hijau antara lain thrips, perusak daun, perusak polong, dan berbagai pathogen penyakit (Sudarto,2002).
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit  tanaman kacang hijau di PT ?
1.3.  TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANG
1.    Menambah pengetahuan mahasiswa tentang cara pengendalian hama dan penyakit  tanaman kacang hijau di PT


























II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Tanaman Kacang hijau
2.1.1 Taksonomi Kacang Hijau
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek (kurang lebih 60 hari). Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden gram. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom             : Plant Kingdom
Divisio                  : Sprmatophyta
Subdivisio           : Angiospermae
Class                     : Dycotyledonae
Ordo                     : Polypetalae
Famili                   : Papilionidae
Subfamili              : Leguminosae
Genus                   : Vigna
Spesies                 : Vigna radiate (Tjirosoepomo,2004)
Gambar 1. Tanaman kacang hijau yang baru berkecambah
2.1.2 Morfologi Kacang Hijau
Trustinah (1991) mengidentifikasi bahwa morfologi kacang hijau adalah sebagai berikut: tanaman kacang hijau merupakan tanaman semusim dengan tinggi tanaman berkisar antara 30-130 cm dan tipe pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu tipe determinit dan semi determinit.
1)   Tipe determinit,  adalah tipe tanaman yang ujung batangnya tidak melilit, pembungaannya singkat, serempak, dan pertumbuhan vegetatifnya berhenti setelah tanaman berbunga. Contohnya adalah varietas Merak dan Walet.
2)   Tipe indeterminit (semi determinit), adalah tipe tanaman yang ujung batangnya melilit, pembungaan berangsur-angsur dari pangkal kebagian pucuk dan pertumbuhan vegetatif terus berlanjut setelah berbunga. Contohnya adalah varietas Arta Ijo dan Siwalik.
Tanaman kacang hijau memiliki batang yang berbentuk bulat dan berbuku-buku. Pada tiap buku menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing berupa daun tunggal dan bertangkai biasanya disebut dengan epikotil.
Pada batang utama terdapat beberapa ccabang yang muncul dari buku bagian bawah. Batang dan cabang tersebut biasanya berwarna hijau muda, hiajau tua, ungu muda atau ungu tua. Bunga terdapat pada batang utama atau pada cabang. Jumlah buku subur pada setiap tanaman dapat mencapai 5-8 buku subur, dan buku subur pertama biasanya terdapat pada buku ke-5 atau ke-6.
Tanaman kacang hijau memiliki daun yang letaknya berseling (alternate) dan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1)    Daun pertama (“primary leaves”), merupakan dua daun tunggal yang letaknya berhadap-adapan pada daun utama. Daun pertama ini berbentuk oval (ovate) atau agak lancip (lanceolate). Panjang daun pertama dapat berukuran pendek (1,8 - 2,0 cm), sedang (2,4 - 2,6 cm) dan panjang (3,0 - 3,3 cm). lebar daun pertama dapat sempit (0,3 - 0,4 cm), sedang (0,7 - 0,8 cm) dan lebar (1,1 - 1,2 cm).
2)    Daun terminal adalah yang tumbuh diatas daun pertama. Semua daun terminal memiliki 3 helaian daun (trifoliate) dan 5 helaian daun (pentafoliate) yang berbentuk oval, agak lancip atau seperti hati. Warna daun kacang hijau bermacam-macam yaitu hijau muda, hijau atau hijau tua.
Bunga merupakan bagian yang sangat penting karena didalamnya terjadi prose penyerbukan dan pembuahan yang dapat menghasilkan biji. Tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang mengalami penyerbukan sendiri (“self pollination”).
Tanaman kacang hijau mulai menghasilkan bunga pada minggu ke-6 atau minggu ke-8 setelah tanam. Bunga tersususn dalam bentuk tandan (raceme) pada bagian atas dari tangkai bunga, daun masing-masing tandan mempunyai 1-20 bunga. Bunga bersifat “cleistogamy” yaitu bunga akan mekar setelah terjadi penyerbukan.
Penyerbukan pada kacang hijau terjadi malam hari, dimana kepala sari (anther) mmulai pecah sekitar pukul 21.00 dan terbuka sempurna pada pukul 24.00. Bunga kacang hijau akan mekar pagi eesokan harinya dan layu pada siang harinya.
Buah (polong) kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung runcing atau tumpul. Polong muda berrwarna hijau kelam atau hijau tua, dan setelah tua polong berwarna hitam atau coklat jerami dengan panjang antara 6-15 cm. polong-polong tersebut memiliki rambut pendek dan berisi 10-15 biji.
Biji kacang hijau berbentuk bulat dan pada umumnya lebih kecil dibandingkan dengan biji kacang-kacang lainnya. Biji kacang hijau berwarna hijau,coklat,kuning atau hitam dan hiliumnya ada yang cekung atau tidak cekung (Anwari,2004).
2.2 Syarat Tumbuh Kacang Hijau
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau antara lain varietas, suhu, curah hujan, lama penyinaran, tinggi tempat, keadaan tanah dan cara budidayanya. Kacang hijau tumbuh baik didaerah iklim tropis pada suhu sekitar 28 -30 0C. Curah hujan optimal untuk pertumbuhan kacang hijau sekitar antara 700 - 900 mm/tahun. Walaupun demikian kacang hijjau masih dapat tumbuh dengan memanfaatkan kelembaban tanah dan air tanah sebelumnya, sehingga kacang hijau dikenal dengan tanaman yang toleran terhadap kekeringan. Kacang hijau dapat tuumbuh pada daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 800 m dpl.
Kacang hijau dapat hidup pada berbagai jenis tanah,terutama pada tanah yang gumbur,memiliki drainnase baik,mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi dan memiliki pH 5,5 -6,5. Walaupun demikian kacang hijau masih dapat pula tumbuh pada tanah yang agak masam berstuktur lempung, tanah alkalis maupun salin.
2.3 Hama Dan Cara Pengendaliannya
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria.
A.   Hama-hama yang menyerang tanaman kacang hijau:
1.    Lalat kacang (Agromyza phaseoli Coq.)
Gejala Serangan
Gejala awal berupa bercak – bercak pada keping biji atau daun pertama. Bercak ini merupakan tempat peletaka telur. Selanjutnya terlihat liang gerek pada keping biji atau daun pertama. Ketika polong yang diserang gugur, larva sudah berada di dalam batang. Pada saat larva telah berada di pangkal akar daun mulai layu dan kekuning – kuningan. Tanaman akan mati berumur 3 – 4 minggu. Jika tanaman tersebut dicabut akan didapati larva, pupa, atau kulit pupa di antara akar dan kulit akar. Tanaman yang terserang dan masih tetap hidup menampakkan akar – akar adventif di bagian terbawah dari batang.
Penyebab
Lalat kacang (Agromyza phaseoli Caq.) sebagai penyebab. Tubuhnya kecil dan berwarna hitam mengilap. Perkawinannya (kopulasi) biasa terjadi antara pukul 09.00 – 10.00 pagi. Waktu matahari bersinar terik, lalat ini bersembunyi di dalam rumput di dekat tanaman kacang hijau. Lalat kacang bertelur pada pagi hari. Telurnya diletakkan pada keping biji atau pada daun pertama. Setelah telur menetas, belatungnya menggerek dan memakan keping biji atau daun sehingga terbentuk liang. Belatung ini akan terus menggerek ke tangkai daun dan masuk ke dalam batang sampai pangkal akar, Kepompong atau pupanya berwarna cokelat kuning. Pada setiap batang tanaman yang diserang rata – rata terdapat 4 – 5 pupa.
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami Agromyzae Dodd, Eurytoma poloni, Eurytoma sp., dan Cynipid. Selain itu, dapat pula dilakukan penyemprotan insektisida pada pagi hari, pada saat umur tanaman 4 – 10 HST.
2.    Penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.)
Gejala Serangan
Gejala serangannya terlihat pada kulit polong berupa bercak hitam dan bila dibuka terdapat larva yang gemuk dengan kotoran-kotorannya berwarna hijau basah. Serangan pada polong kedua ditandai dengan satu lubang gerek yang bentuknya bundar.


Penyebab
Hama penyebabnya adalah penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.). Penggerek polong kacang hijau sama dengan penggerek polong pada kedelai. Larva yang baru menetas menggerek masuk ke dalam polong menuju ke bagian bawah. Larva ini memakan biji di dalam polong sampai habis kemudian berpindah ke polong lain. Bentuk larvanya gemuk dan licin, larva yang masih kecil berwarna merah kebiru-biruan.
Pengendalian
Hama ini dapat dikendalikan dengan cara mengatur waktu tanam yang tepat, pergiliran tanaman, dan upaya penanaman secara serentak. Dapat juga dilakukan penyemprotan insektisida dekametrin, sihalotrin, dan monokrotofos.
3.    Ulat jengkal (Plusia chalcites Esp.)
Gejala Serangan
Ulat ini menyerang tanaman yang sudah agak tua dan memakan daunnya sehingga tinggal tulangnya saja.
Penyebab
Hama penyebabnya adalah ulat jengkal kedelai (PIusia chalcites Esp.). Tubuhnya berwarna hijau. Bentuk dewasanya berupa kupu – kupu. Telur kupu – kupu ini diletakkan berkelompok sebanyak 50 butir. Stadium telurnya selama 3 hari. Larva tersebut akan menjadi kepompong di antara daun yang dianyam menjadi satu. Stadium pupanya selama 6 hari.

Pengendalian
Pengendalian secara mekanis dengan cara mengumpulkan telur dan larva, sedangkan secara kimiawi dengan insektisida dekametrin, sihalotrin, diflubenzuron atau monokrotofos.
4.    Kepik padi hijau (Nezara viridula)
Gejala Serangan
Polong muda isinya terisap. Bila polong dibuka tampak bijinya pipih tanpa isi. Bagian yang terserang tampak berbercak hitam.
Penyebab
Hama penyerang adalah kepik padi hijau (Nezara viridula). Kepik ini meletakkan telurnya yang berwarna kuning secara massal di permukaan bawah daun. Kelompok telurnya 5-10 butir. Stadium telumya selama 6 hari. Setelah telur menetas, larvanya berkumpui di polong dalam kelompok besar. Stadium larvanya selama 30 hari. Masa pertumbuhan dari telur hingga dewasa selama 36 hari.
Pengendalian
Pengendalian secara mekanis dengan mengumpulkan imago, telur, dan nimfa, sedangkan secara kimiawi dengan insektisida metamidofos dan karbaril. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan penanaman serempak dengan kisaran waktu tidak lebih dari 26 hari.
5.    Thrips sp.
Gejala Serangan
Serangan hama ini menyebabkan daun menggulung ke dalam (keriting) karena sel – sel di bagian atasnya mengerut.


Penyebab
Kutu Thrips menyerang tanaman dengan mengisap cairan tanaman sehingga mengganggu proses fotosintesis dan mengakibatkan menurunnya hasil. Penurunannya dapat mencapai 60, bahkan tidak menghasilkan sama sekali (puso) bila serangannya berat. Pantas jika hewan ini merupakan hama yang paling berbahaya bagi tanaman kacang hijau. Selama fase vegetatif tanaman, serangan hama ini sangat rendah.
Pengendalian
Pengendalian dengan menggunakan insektisida metamidofos, karbaril, atau monokrotofos.
6.    Kumbang Callosobruchus
Gejala Serangan
Kumbang ini meletakkan telurnya pada permukaan polong atau biji kacang hijau. Larva yang baru menetas langsung menggerek masuk ke dalam biji dan memakan kotiledon serta bagian biji lainnya.
Penyebab
Kumbang Calloso-bruchus maculatus yang menyerang biji. Siklus hidup kumbang ini, pada biji kacang hijau varietas MB 129, berlangsung antara 23-28 hari. Kemampuan bertelur kumbang betina antara 40-90 butir. Persentase telur yang dapat menetas hingga menjadi dewasa sebesar 19-98. Perbandingan antara jantan dewasa dan betinanya 1:1.


Pengendalian
Biji sebaiknya disimpan dalam kantong plastik, karung plastik, atau kaleng yang tertutup rapat. Biji atau benih yang akan disimpan hams berkadar air rendah dalam kemasan kedap udara. Kadar air biji 90 dalam kemasan dapat mempertahankan biji selama 6 bulan. Cara lain yaitu dengan melakukan fumigasi dengan aluminium fosfit atau metil bromida atau dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif pirimiphos metil, femitrothion, atau metacrifos pada permukaan kemasan.
7.    Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Gejala Serangan
Kerusakan terjadi karena ulat menghabiskan seluruh daun sehingga biasanya hanya tersisi tulang daunnya saja hal ini mengakibatkan penurunan jumla produksi.
Pengendalian
Dilakukan dengan cara pengolahan tanah atau penggemburan tanah, pengendalian secara biologi dan penggunaan insektisida.
8.    Belalang Kembara ( Locusta migratoria)
Belalang menyerang tanaman kedelai dan kacang hijau, gejala serangan yang ditimbulkan adalah terdapat robekan pada daun, dan pada serangan yang hebat dapat terlhat tinggal tulang-tulang daun saja (Nurdin,1994).




III. METODOLOGI

3.1 WAKTU DAN LOKASI
Waktu kegiatan praktek kerja lapang  dilaksanakan dari tanggal 17 Januari - 15 Februari 2012. Lokasi kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan di PT.
3.2  METODE PELAKSANAAN
Praktek Kerja lapang (PKL) dilaksanakan dengan menggunakan metode sebagai berikut.
1. Mengikuti Praktek Kerja secara langsung, sesuai dengan kegiatan yang dijadwalkan oleh pembimbing PT.
2. Mengumpulkan data primer yang berhubungan dengan teknik pengelolaan air secara umum melalui diskusi dan wawancara langsung dengan petugas lapang dan pembimbing lapang untuk mengetahui secara jelas teknik pengelolaan air pada tanaman kelapa sawit di PT.
3. Mengumpulkan data sekunder untuk mendukung dan melengkapi laporan Praktek Kerja Lapang.
4. Wawancara dengan Pembimbing Lapang, karyawan terkait di sekitar wilayah PT.

3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode penelitian yang digunakan dalam praktek kerja lapang ini adalah dengan mengumpulkan data dan informasi yang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung di kebun kelapa sawit di PT.
Metode langsung dilakukan melalui kerja, pengamatan langsung di lapangan, diskusi wawancara dengan staf dan karyawan kebun. Metode tidak langsung dilakukan melalui studi pustaka dan pengumpulan data sekunder.
Data primer diambil dengan bekerja langsung di lapangan mulai dari pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten afdeling/divisi. Data yang berkaitan dengan aspek pengelolaan air berupa survei pengembangan sumber daya air. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan menelaah pustaka dan arsip kebun yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan

3.4. PELAKSANAAN
Pelaksanaanya adalah dengan mengikuti praktek kerja secara langsung, sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang dijadwalkan oleh kebun kelapa sawit PT. Pengumpulan data primer dan sekunder sesuai dengan metode pengumpulan data atau informasi.
























DAFTAR PUSTAKA
Anwari, M. dan R. Iswanto. 2004.  Kutilang Varietas Kacang Hijau Tahan penyakit Embun Tepung. Berita Puslitbangtan No. 29, April 2004

Nurdin, F. 1994. Kacang Hijau di Sumatera Barat: Budidaya, Hama, dan pengendaliannya di          tingkat petani. Risalah Seminar Balittan Sukarami. Vol. III. Balittan Sukarami
S, H. Soeprapto.1993. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya : Jakarta.
Sudarto, dkk. 2002. Daya Hasi Beberapa Varietas Kacang Hijau Pada Lahan Keering di       Lombok Timur, NTB. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Lombok.
Tjirosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.