LAPORAN
RESMI PRAKTIKUM
METODOLOGI
PENELITIAN AGRONOMI
“
Preposisi untuk Membangun Teori “
Oleh:
Hariyanto
11.03.111.00038
Asisten
: Eka Royyanatul H
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Teori
adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena
dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn
mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka
definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan
pernyataan hubungan dapat saling berhubungan (Murniyanto 2012).
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda
pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung
pada metodologi dan konteks diskusi.
Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan
fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya
diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang
konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan
kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan
pada pembuktian matematika (Mely 1983).
Dalam ilmu
pengetahuan, teori dalam ilmu
pengetahuan berarti model
atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial
tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan
suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk
menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda
mati, kejadian-kejadian di alam,
atau tingkah laku hewan).
Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model
atas kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan).
Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak pengamatan dan terdiri atas
kumpulan ide yang koheren dan
saling berkaitan (Martinis 2009)
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Teori adalah seperangkat konsep, depenisi dan proposisi yang
tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan
meramal fenomena-fenomena. Membangun teori dengan mengadakan penelitian perlu
pola atau paradigma. Paradigma adalah pola dasar atau rencana dalam bentuk
lisan/tulis atau diagram yang berfungsi untuk memberikan gambaran yang mendasar
dari fenomena yang dipelajari dan terutama berfungsi untuk memberikan panduan
lebih spesifik untuk melaku kan penelitian
(Mely G. Tan, 1983).
Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan
suatu gejala terjadi seperti itu. Proposisi proposisi yang dikandung dan
yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk
hubungan sebab–akibat. Namun, karena di dalam teori juga terkandung konsep
teoritis, berfungsi menggambarkan realitas dunia sebagaimana yang dapat
diobservasi. Teori dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk
melihat gejala yang diteliti secara lebih utuh. Karena tujuan utama penelitian
kualitatif adalah untuk memahami gejala atau persoalan tidak dalam konteks
mencari penyebab atau akibat dari sebuah persoalan lewat variabel yang ada
melainkan untuk memahami gejala secara komprehensif, maka berbagai informasi
mengenai persoalan yang diteliti wajib diperoleh (Yamin Martinis, 2009).
Teori atau model merupakan suatu rangkaian terpadu dari
preposisi-preposisi. Teori dibangun dengan merangkai preposisi-preposisi pada
aras abstraksi yang lebih tinggi dari model. Preposisi adalah kesimpulan
teoritik konsepsional tentang konstelasi hubungan antar variabel sebagai
jawaban teoritik. Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya,
disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang
menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Preposisi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris disebut hipotesis (Eko,2012).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat
Tempat
pelaksanaan praktikum “ Metodologi Penelitian Agronomi “ yaitu di Laboratorium
Komputer Fakultas Pertanian.
3.2
Waktu
Praktikum
“ Metodologi Penelitian Agronomi “ ini dilaksanakan pada jam 07:00-08:40 WIB.
3.3
Bahan
Pada
praktikum kali ini praktikan menggunakan bahan yaitu:
a.
Kertas A4
b.
Jurnal sebanyak 3 buah yaitu:
1.
Respon Tanaman Sawi (Brasica juncea
L.) Akibat Pemberian Pupuk NPK dan Penambahan Bokashi Pada Tanah Asal Bumi
Wonorojo Nabire.
2.
Pengaruh Empat Macam Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan Sawi (Brasica juncea L.).
3.
Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pupuk Cair Terhadap Serapan N dan
Pertumbuhan Sawi (Brasica juncea L.)
Pada Entisol.
3.4
Cara
Kerja
1. Setelah topic penelitian memilih atau menentukan, maka peneliti
sebaiknya memulai mencari literature yang berkaitan dengan topic tersebut.
2. Literature dapat diperoleh dari perpustakaan, buku-buku kuliah,
internet, dan atau sumber literature yang lain (jurnal, skripsi, dll).
3. Mengelompokkan teori-teori yang di perlukan kedalam premis mayor.
4. Menyusun dengan berdasarkan formula 5W+H.
5. Dari keterkaitan antara premis mayor maka menyusun hingga menjadi
bentuk paragraph (pyramid terbalik).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan
Pembahasan
1. Latar Belakang
Masalah
Pengertian Sawi adalah sekelompok
tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan
pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies
Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada
sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso,
caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa
kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah
menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah
sawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok alboglabra)
adalah sejenis sayuran lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan
lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy) merupakan
jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal dalam dunia boga Indonesia.
2. Tinjauan
Pustaka
2.1.Tanaman Sawi
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Sawi
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia
mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya. Tanaman sawi dapat
tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat
diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada
kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah
penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200
meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang
mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam
sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman
secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa
yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Tanah yang
cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur,
serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk
pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.
2.1.2 Botani Tanaman
Kangkung Darat
Klasifikasi Botani dari sawi
adalah :
- Divisi : Spermatophyta
- Subdivisi : Angiospermae
- Kelas : Dicotyledonae
- Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
- Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
- Genus : Brassica Spesies : Brassica juncea
- Divisi : Spermatophyta
- Subdivisi : Angiospermae
- Kelas : Dicotyledonae
- Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
- Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
- Genus : Brassica Spesies : Brassica juncea
2.2. Teknik Budidaya Tanaman Kangkung Darat
Ø
BENIH
Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin
mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan
kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita
perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya.
Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik.
Ø PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan
bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur
tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik
serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Sedangkan
kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik
sangat baik untuk penyiapan tanah. Waktu yang baik dalam melakukan penggemburan
tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang
digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).
Ø
PEMBIBITAN
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk
penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap
lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan
panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20
– 30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi
dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram
Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur,
lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian
diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak
disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
Ø
PENANAMAN
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran
petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu
sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10
ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40
cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan
hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.
Ø
PEMELIHARAAN
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat
berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila
musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang
ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi
kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman
dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu
penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan
mencabut tanaman yang tumbuh terlalurapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan
adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan
tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama
dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.Penyiangan biasanya dilakukan 2 –
4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma
pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah
penanaman.
Ø PANEN DAN PENANGANAN PASCA
PANEN
Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur
panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu
melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu
mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal
batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam. Pasca panen sawi yang
perlu diperhatikan meliputi pencucian dan pembuangan kotoran, Sortasi, Pengemasan, Penyimpanan, dan Pengolahan.
2.3. Pupuk Cair Limbah Tahu
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman sawi adalah dengan
pemupukan. Pemupukan merupakan penambahan unsur hara yang di perlukan oleh
tanaman dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pupuk organik merupakan salah satu
pupuk yang diberikan pada tanaman baik sebagai pupuk dasar maupun pupuk
susulan. Pupuk organik tersebut merupakan pupuk yang dihasilkan dari bahan
hidup yang telah terdekomposisi atau mengalami pelapukan.
Pupuk merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam bidang pertanian.
Pupuk terbagi menjadi pupuk kimia dan pupuk organik. pupuk organik adalah pupuk
yang berasal dari bahan alam atau bahan sintesis. Pupuk organik memiliki
keunggulan dari segi pemenuhan bahan bakunya, biaya produksi, dan kandungan
senyawa organiknya. Pemanfaatan pupuk organik lebih menguntungkan
petani karena kesuburan tanah dan hasil tanamannya akan lebih terjaga
dari pencemaran bahan kimia akibat penggunaan pupuk kimia seperti urea. Salah
satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik
adalah limbah tahu, baik limbah padat maupun cair.
Limbah tahu mengandung N, P, K, Ca, Mg, dan C organik yang berpotensi
untuk meningkatkan kesuburan tanah. Berdasarkan analisis, bahan kering ampas
tahu mengandung kadar air 2,69%, protein kasar 27,09%, serat kasar 22,85%,
lemak 7,37%, abu 35,02%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 6,87%, kalsium
0,5%, dan fosfor 0,2%. Kandungan-kandungan tersebut memiliki potensi
untuk dapat meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman.
Kandungan bahan organik pada limbah tahu jika diolah dengan tepat
menggunakan `campuran bahan lain akan menghasilkan pupuk organik yang ramah
lingkungan dan menyuburkan tanaman. Cara pembuatan dan bahan-bahan dalam
membuat pupuk organik dari ampas tahu cukup mudah sehingga dapat diproduksi
mandiri oleh masyarakat.
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, dengan
judul “Preposisi Untuk Membangun Teori” dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Teori dalam ilmu pengetahuan berarti model
atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial
tertentu.
2.
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda
pada bidang-bidang pengetahuan
yang berbeda pula tergantung pada metodologi
dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara
fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta.
3.
Teori
atau model merupakan suatu rangkaian terpadu dari preposisi-preposisi. Teori
dibangun dengan merangkai preposisi-preposisi pada aras abstraksi yang lebih
tinggi dari model.
5.2 Saran
a.
Praktikan harus
Lebih teliti dalam menganalisa bahan acuan, baik itu dari jurnal, makalah
seminar maupun karya ilmiah.
b.
Praktikan harus lebih antusias dalam
mengikuti praktikum agar praktikum
bisa berjalan lancan dan kondusif.
c.
Harus lebih
teliti dan bisa mengerti apa yang diterangkan dan yang dipraktekkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Murniyanto,
Eko. 2012. Panduan Praktikum Metode
Penelitian Agronomi. Bangkalan : UTM.
Martinis, Yamin. 2009. Metode
Penelitian Pendidikan Dan Social, Jakarta ,Gaung Persada
Press
Mely G. Tan. 1983 Masalah
Perencanaan Penelitian, dalam Koentjaraningrat, Metode-metode
Penelitian Masyarakat, Jakarta:
Gramedia.
Like...
BalasHapusInformasi mengenai urutan penulisan sudah bagus
BalasHapus