Halaman

Selasa, 24 Juni 2014

laporan metodelogi penelitian agronomi



LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
METODOLOGI PENELITIAN AGRONOMI
“ Preposisi untuk Membangun Teori “

 

Oleh:
Hariyanto
 11.03.111.00038
Asisten : Eka Royyanatul H

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2013


 


I.    PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan (Murniyanto 2012).
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika (Mely 1983).
Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak pengamatan dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan (Martinis 2009)



II. TINJAUAN PUSTAKA
Teori adalah seperangkat konsep, depenisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramal fenomena-fenomena. Membangun teori dengan mengadakan penelitian perlu pola atau paradigma. Paradigma adalah pola dasar atau rencana dalam bentuk lisan/tulis atau diagram yang berfungsi untuk memberikan gambaran yang mendasar dari fenomena yang dipelajari dan terutama berfungsi untuk memberikan panduan lebih spesifik untuk melaku kan penelitian  (Mely G. Tan, 1983).
Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti itu.  Proposisi proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab–akibat. Namun, karena di dalam teori juga terkandung konsep teoritis, berfungsi menggambarkan realitas dunia sebagaimana yang dapat diobservasi. Teori dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala yang diteliti secara lebih utuh. Karena tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami gejala atau persoalan tidak dalam konteks mencari penyebab atau akibat dari sebuah persoalan lewat variabel yang ada melainkan untuk memahami gejala secara komprehensif, maka berbagai informasi mengenai persoalan yang diteliti wajib diperoleh (Yamin Martinis, 2009).
Teori atau model merupakan suatu rangkaian terpadu dari preposisi-preposisi. Teori dibangun dengan merangkai preposisi-preposisi pada aras abstraksi yang lebih tinggi dari model. Preposisi adalah kesimpulan teoritik konsepsional tentang konstelasi hubungan antar variabel sebagai jawaban teoritik. Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris disebut hipotesis (Eko,2012).


III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat
Tempat pelaksanaan praktikum “ Metodologi Penelitian Agronomi “ yaitu di Laboratorium Komputer Fakultas Pertanian.
3.2  Waktu
Praktikum “ Metodologi Penelitian Agronomi “ ini dilaksanakan pada jam 07:00-08:40 WIB.
3.3  Bahan
Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan bahan yaitu:
a.    Kertas A4
b.    Jurnal sebanyak 3 buah yaitu:
1.      Respon Tanaman Sawi (Brasica juncea L.) Akibat Pemberian Pupuk NPK dan Penambahan Bokashi Pada Tanah Asal Bumi Wonorojo Nabire.
2.      Pengaruh Empat Macam Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Sawi (Brasica juncea L.).
3.      Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pupuk Cair Terhadap Serapan N dan Pertumbuhan Sawi (Brasica juncea L.) Pada Entisol.
3.4  Cara Kerja
1.      Setelah topic penelitian memilih atau menentukan, maka peneliti sebaiknya memulai mencari literature yang berkaitan dengan topic tersebut.
2.      Literature dapat diperoleh dari perpustakaan, buku-buku kuliah, internet, dan atau sumber literature yang lain (jurnal, skripsi, dll).
3.      Mengelompokkan teori-teori yang di perlukan kedalam premis mayor.
4.      Menyusun dengan berdasarkan formula 5W+H.
5.      Dari keterkaitan antara premis mayor maka menyusun hingga menjadi bentuk paragraph (pyramid terbalik).


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
1. Latar Belakang Masalah
          Pengertian Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal dalam dunia boga Indonesia.
2. Tinjauan Pustaka
      2.1.Tanaman Sawi
         2.1.1 Klasifikasi Tanaman Sawi
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.
          2.1.2 Botani Tanaman Kangkung Darat
Klasifikasi Botani dari sawi adalah :
- Divisi : Spermatophyta
- Subdivisi : Angiospermae
- Kelas : Dicotyledonae
- Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
- Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
- Genus : Brassica Spesies : Brassica juncea
      2.2. Teknik Budidaya Tanaman Kangkung Darat
Ø BENIH
Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik.
Ø PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).
Ø PEMBIBITAN
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
Ø PENANAMAN
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.
Ø PEMELIHARAAN
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalurapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman.
Ø PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN
Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam. Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan meliputi pencucian dan pembuangan kotoran, Sortasi, Pengemasan, Penyimpanan, dan Pengolahan.
       2.3. Pupuk Cair Limbah Tahu
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman sawi adalah dengan pemupukan. Pemupukan merupakan penambahan unsur hara yang di perlukan oleh tanaman dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pupuk organik merupakan salah satu pupuk yang diberikan pada tanaman baik sebagai pupuk dasar maupun pupuk susulan. Pupuk organik tersebut merupakan pupuk yang dihasilkan dari bahan hidup yang telah terdekomposisi atau mengalami pelapukan.
Pupuk merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam bidang pertanian. Pupuk terbagi menjadi pupuk kimia dan pupuk organik. pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan alam atau bahan sintesis. Pupuk organik memiliki keunggulan dari segi pemenuhan bahan bakunya, biaya produksi, dan kandungan senyawa organiknya. Pemanfaatan pupuk organik  lebih menguntungkan petani  karena kesuburan tanah dan hasil tanamannya akan lebih terjaga dari pencemaran bahan kimia akibat penggunaan pupuk kimia seperti urea. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik adalah limbah tahu, baik limbah padat maupun cair.
Limbah tahu mengandung N, P, K, Ca, Mg, dan C organik yang berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah. Berdasarkan analisis, bahan kering ampas tahu mengandung kadar air 2,69%, protein kasar 27,09%, serat kasar 22,85%, lemak 7,37%, abu 35,02%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 6,87%, kalsium 0,5%, dan  fosfor 0,2%. Kandungan-kandungan tersebut memiliki potensi untuk dapat meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman.
Kandungan bahan organik pada limbah tahu jika diolah dengan tepat menggunakan `campuran bahan lain akan menghasilkan pupuk organik yang ramah lingkungan dan menyuburkan tanaman. Cara pembuatan dan bahan-bahan dalam membuat pupuk organik dari ampas tahu cukup mudah sehingga dapat diproduksi mandiri oleh masyarakat.













V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Pada praktikum kali ini, dengan judul “Preposisi Untuk Membangun Teori” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu.
2.      Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta.
3.      Teori atau model merupakan suatu rangkaian terpadu dari preposisi-preposisi. Teori dibangun dengan merangkai preposisi-preposisi pada aras abstraksi yang lebih tinggi dari model.
5.2 Saran
a.      Praktikan harus Lebih teliti dalam menganalisa bahan acuan, baik itu dari jurnal, makalah seminar maupun karya ilmiah.
b.      Praktikan harus lebih antusias dalam mengikuti praktikum agar praktikum bisa berjalan lancan dan kondusif.
c.       Harus lebih teliti dan bisa mengerti apa yang diterangkan dan yang dipraktekkan.










DAFTAR PUSTAKA
Murniyanto, Eko. 2012. Panduan Praktikum Metode Penelitian Agronomi.                         Bangkalan : UTM.
Martinis, Yamin. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Dan Social, Jakarta ,Gaung                   Persada Press
Mely G. Tan. 1983 Masalah Perencanaan Penelitian, dalam Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia.

2 komentar: